Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Berikut beberapa
definisi kepribadian menurut tokoh-tokoh :
A.
Erich Fromm
Fromm
membagi sistem struktur masyarakat menjadi tiga bagian berdasar karakter
sosialnya :
1.
Sistem A, yaitu masyarakat-masyarakat pecinta kehidupan. Karakter sosial
masyarakat ini penuh cita-cita, menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupan
dalam segala bentuknya. Dalam sistem masyarakat seperti ini, kedestruktifan dan
kekejaman sangat jarang terjadi, tidak didapati hukuman fisik yang merusak.
Upaya kerja sama dalam struktur sosial masyarakat seperti ini banyak dijumpai.
2.
Sistem B, yaitu masyarakat non-destruktif-agresif. Masyarakat ini memiliki
unsur dasar tidak destruktif, meski bukan hal yang utama, masyarakat ini
memandang keagresifam dan kedestruktifan adalah hal biasa. Persaingan, hierarki
merupakan hal yang lazim ditemui. Masyarakat ini tidak memiliki
kelemah-lembutan, dan saling percaya.
3.
Sistem C, yaitu masyarakat destruktif. Karakter sosialnya adalah destruktif,
agresif, kebrutalan, dendam, pengkhianatan dan penuh dengan permusuhan.
Biasanya pada masyarakat seperti ini sangat sering terhadi persaingan,
mengutamakan kekayaan, yang jika bukan dalam bentuk materi berupa mengunggulkan
simbol.
Fromm
juga menyebutkan dan menjelaskan enam tipe karakter sosial yang ditemukan dalam
masyarakat dewasa ini, yakni:
1.
Tipe Reseptif (mengharapkan dukungan dari pihak luar)
2.
Tipe Eksploitasi (memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya)
3.
Tipe Penimbunan (suka mengumpulkan dan menimbun barang suatu materi)
4.
Tipe Pemasaran (suka menawarkan dan menjual barang)
5.
Tipe Produktif (karakter yang kreatif dan selalu berusaha untuk menggunakan
barang-barang untuk suatu kemajuan)
6.
Tipe Nekrofilus-biofilus (nekrofilus : orang yang tertarik dengan kematian,
biofilus : orang yang mencintai kehidupan)
Fromm
juga memngemukakan bahwa bila masyarakat berubah secara mendasar, sebagaimana
terjadi ketika feodalisme berubah menjadi kapitalisme atau ketika sistem pabrik
menggeser tenaga tukang, perubahan semacam itu akan mengakibatkan
perubahan-perubahan dalam karakter sosial manusia. Persoalan hubungan seseorang
dengan masyarakat merupakan keprihatinan besar Fromm. Menurut Fromm ada
validitas proposisi-proposisi berikut:
1)
Manusia mempunyai kodrat esensial bawaan,
2)
Masyarakat diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kodrat esensial ini,
3)
Tidak satu pun bentuk masyarakat yang pernah diciptakan berhasil memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia, dan
4)
Eksistensi manusia adalah mungkin menciptakan masyarakat semacam itu.
Kemudian
Fromm mengemukakan tentang masyarakat yang seharusnya yaitu dimana manusia
berhubungan satu sama lain dengan penuh cinta, dimana ia berakar dalam
ikatan-ikatan persaudaraan dan solidaritas, suatu masyarakat yang memberinya
kemungkinan untuk mengatasi kodratnya dengan menciptakannya bukan dengan
membinasakannya, dimana setiap orang mencapai pengertian tentang diri dengan
mengalami dirinya sebagai subjek dari kemampuan-kemampuannya bukan dengan konformitas,
dimana terdapat suatu sistem orientasi dan devosi tanpa orang perlu mengubah
kenyataan dan memuja berhala. Bahkan Fromm mebgusulkan suatu nama untuk
masyarakat yang sempurna tersebut yaitu Sosialisme Komunitarian Humanistik.
Dalam masyarakat semacam itu, setiap orang akan memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi mansiawi sepenuhnya.
B.
Abraham Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi
humanistik. Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an
sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara
eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks
manusia dalam pengembangan teori psikologis. Permasalah ini dirangkum dalam
lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
1. Manusia tidak bisa direduksi menjadi
komponen-komponen.
2. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
3. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri
dalam konteks orang lain.
4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
5. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna,
nilai, dan memiliki kreativitas.
Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan
menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan
hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut
Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang
paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi
(aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis/ dasar
2. Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
C.
Carl Roger
Teori Rogers sangat bersifat klinis, karena didasarkan
pada pengalaman bertahun-tahun tentang bagaimana seharusnya seorang terapis
menghadapi seorang kliennya. Terapis memandang bahwa klien; memiliki pribadi,
memiliki harga diri tanpa sarat, memiliki nilai nilai tak peduli
bagaimana keadaannya, tingkah lakunya atau perasaannya.
1.
Struktur
Kepribadian (Self)
Rogers
lebih mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian, Sejak awal Rogers
mengurusi cara bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak
menekankan aspek struktural kepribadian. Namun demikian, dari 19 rumusannya
mengenai hakekat pribadi, diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasar
penting dalam teorinya yitu Self, organisme dan medan fenomena. Carl Rogers
mendeskripsikan the self
atau self-structure sebagai sebuah konstruk yang menunjukan
bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu :
Real Self dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini,
sementara Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh
individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
2.
Dinamika
kepribadian
Menurut
roger organisme memiliki satu motivasi utama yaitu kecenderungan untuk
aktualisasi diri dan tujuan utama hidup manusia adalah untuk menjadi manusia
yang bisa mengaktualisasikan diri, dapat diartikan sebagai motivasi yang
menyatu dalam setiap makhluk hidup yang bertujuan mengembangkan seluruh
potensi-potensinya sebaik mungkin. Pada dasarnya manusia memiliki dua
kebutuhan utama yaitu kebutuhan untuk penghargaan positif baik dari orang lain
maupun dari diri sendiri. Rogers percaya, manusia memiliki satu motif dasar,
yaitu kecenderungan untuk mengaktualisasi diri. Kecendeurngan ini adalah
keinginan untuk memenuhi potensi yang dimiliki dan mencapai tahap “human-beingness” yang
setinggi-tingginya. Kita ditakdirkan untuk berkembang dengan cara-cara
yang berbeda sesuai dengan kepribadian kita. Proses penilaian (valuing process) bawah sadar
memandu kita menuju perilaku yang membantu kita mencapai potensi yang kita
miliki. Rogers percaya, bahwa manusia pada dasarnya baik hati dan
kreatif. Mereka menjadi destruktif hanya jika konsep diri yang buruk atau
hambatan-hambatan eksternal mengalahkan proses penilaian. Untuk bergerak ke
arah mendapatkan tujuannya manusia harus mampu untuk membedakan antara perilaku
yang progresif yaitu perilaku yang mengarahkan pada aktualisasi diri dan
perilaku yang regresif yaitu perilaku yang menghalangi pada tercapainya
aktualisasi diri. Manusia harus memilih dan mampu membedakan mana yang regresif
dan mana yang progresif. Dan memang dorongan utama manusia adalah untuk
progresif dan menuju aktualisasi diri.
3.
Perkembangan
Kepribadian
Rogers
tidak memfokuskan diri untuk mempelajari “tahap” pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian, namun dia lebih tertarik untuk meneliti dengan cara
yang lain yaitu dengan bagaimana evaluasi dapat menuntun untuk membedakan
antara pengalaman dan apa yang orang persepsikan tentang pengalaman itu
sendiri. Jika penolakan menjadi style, dan
orang tidak menyadari ketidaksesuaian dalam dirinya maka kecemasan dan ancaman
muncul akibat dari orang yang sangat sadar dengan ketidaksesuaian itu. Sedikit
saja seseorang menyadari bahwa perbedaan antara pengalaman organismik dengan
konsep diri yang tidak muncul ke kesadaran telah membuatnya merasakan
kecemasan. Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan ketidaknyamanan atau
ketegangan yang sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin menyadari
ketidaksesuaian antara pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah
menjadi ancaman terhadap konsep diri yang sesuai. Kecemasan dan ancaman yang
menjadi indikasi adanya ketidaksesuaian diri dengan pengalaman membuat orang
berada dalam perasaan tegang yang tidak menyenangkan namun pada tingkat
tertentu kecemasan dan ancaman itu dibutuhkan untuk mengembangkan diri
memperoleh jiwa yang sehat. Bila seseorang, antara “self concept”nya dengan
organisme mengalami keterpaduan, maka hubungan itu disebut kongruen (cocok)
tapi bila sebaliknya maka disebut Inkongruen (tidak cocok) yang bisa
menyebabkan orang mengalami sakit mental, seperti merasa terancam, cemas,
defensive dan berpikir kaku serta picik.
Beberapa mazhab dalam
psikologi :
1. Psikoanalisis
Salah satunya tokoh psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856 – 1939).
Nama asli Freud adalah Sigismund
Scholomo. Psikoanalisis bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran.
Pada saat itu kedokteran dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk
histeria yang sangat menggejala di Wina (Freud, terj.,1991:4). Pengaruh
Jean-Martin Charcot, neurolog Prancis, yang menunjukkan adanya faktor psikis
yang menyebabkan histeria mendukung pula keraguan Freud pada kedokteran (Berry,
2001:15). Sejak itu Freud dan doktor Josef Breuer menyelidiki penyebab
histeria. Pasien yang menjadi subjek penyelidikannya adalah Anna O. Selama
penyelidikan, Freud melihat ketidakruntutan keterangan yang disampaikan oleh
Anna O. Seperti ada yang terbelah dari kepribadian Anna O.
Penyelidikan-penyelidikan itu yang membawa Freud pada kesimpulan struktur
psikis manusia: id, ego, superego dan ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.
Freud menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala
yang terjadi pada manusia, antara lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah
bentuk penyaluran dorongan yang tidak disadari. Dalam keadaan sadar orang
sering merepresi keinginan-keinginannya. Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan
sadar, maka keinginan itu mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika
kontrol ego lemah.
Dalam pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang
nampak (gerakan otot) maupun yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh
peristiwa mental sebelumnya. Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan
tidak kita sadari namun bisa kita akses(preconscious) dan
ada yang sulit kita bawa ke alam tidak sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur
mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu:
a. Id, adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan
kesenangan semata.
b. Superego, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang
diserap individu dari lingkungannya.
c. Ego, adalah pengawas realitas.
Sebagai contoh adalah berikut ini: Anda adalah seorang
bendahara yang diserahi mengelola uang sebesar 1 miliar Rupiah tunai. Id mengatakan pada Anda: “Pakai
saja uang itu sebagian, toh tak ada yang tahu!”. Sedangkan ego berkata:”Cek dulu,
jangan-jangan nanti ada yang tahu!”. Sementara superego menegur:”Jangan lakukan!”.
Pada masa kanak-kanak kira dikendalikan sepenuhnya
oleh id, dan pada tahap
ini oleh Freud disebut sebagai primary
process thinking. Anak-anak akan mencari pengganti jika tidak menemukan
yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi akan mengisap jempolnya jika tidak
mendapat dot misalnya).
Sedangkan ego akan
lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan pada orang dewasa. Di
sini disebut sebagai tahap secondary
process thinking. Manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya
(sikap untuk memilih tidak jajan demi ingin menabung misalnya). Walau begitu
kadangkala pada orang dewasa muncul sikap seperti primary process thnking, yaitu mencari pengganti pemuas
keinginan (menendang tong sampah karena merasa jengkel akibat dimarahi bos di
kantor misalnya).
Proses pertama adalah apa yang dinamakan EQ (emotional quotient), sedangkan
proses kedua adalah IQ (intelligence
quotient) dan proses ketiga adalah SQ (spiritual quotient).
2. Behaviourisme
Aliran ini sering dikatkan sebagai aliran ilmu jiwa namun
tidak peduli pada jiwa. Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai
eksperimen psikologi yang mencapai puncaknya pada tahun 1940 – 1950-an. Di sini
psikologi didefinisikan sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan
dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja. Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa
diamati, maka tidak digolongkan ke dalam psikologi.
Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat
dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih terus-menerus
sehingga menimbulkan maladaptive
behaviour atau perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika
Pavlov melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan anjing
eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak
mengeluarkan air liurnya. Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan
anjing tersebut terbit air liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu
dinyalakan maka daging disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan,
sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya
meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned response dan cahaya
lampu menjadi conditioned stimulus.
Percobaan yang hampir sama dilakukan terhadap seorang
anak berumur 11 bulan dengan seekor tikus putih. Setiap kali si anak akan
memegang tikus putih maka dipukullah sebatang besi dengan sangat keras sehingga
membuat si anak kaget. Begitu percobaan ini diulang terus menerus sehingga pada
taraf tertentu maka si anak akan menangis begitu hanya melihat tikus putih
tersebut. Bahkan setelah itu dia menjadi takut dengan segala sesuatu yang
berbulu: kelinci, anjing, baju berbulu dan topeng Sinterklas.
Ini yang dinamakan pelaziman dan untuk mengobatinya kita
bisa melakukan apa yang disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning).
3. Psikologi
Humanistis
Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme
dan psikoanalisis. Kedua aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi
sekelas mesin atau makhluk yang rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah
Psikoanalisa dan Behaviorisme.
Salah satu tokoh dari aliran ini – Abraham Maslow –
mengkritik Freud dengan mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah
jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap
sehat.
Salah satu bagian dari humanistic adalah logoterapi.
Adalah Viktor Frankl yang mengembangkan teknik psikoterapi yang disebut
sebagai logotherapy (logos = makna). Pandangan ini
berprinsip:
a.
Hidup memiliki makna, bahkan dalam situasi yang paling menyedihkan sekalipun.
b.
Tujuan hidup kita yang utama adalah mencari makna dari kehidupan kita itu
sendiri.
c.
Kita memiliki kebebasan untuk memaknai apa yang kita lakukan dan apa yang kita
alami bahkan dalam menghadapi kesengsaraan sekalipun.
Frankl mengembangkan teknik ini berdasarkan pengalamannya
lolos dari kamp konsentrasi Nazi pada masa Perang Dunia II, di mana dia
mengalami dan menyaksikan penyiksaan-penyiksaan di kamp tersebut. Dia
menyaksikan dua hal yang berbeda, yaitu para tahanan yang putus asa dan para
tahanan yang memiliki kesabaran luar biasa serta daya hidup yang perkasa.
Frankl menyebut hal ini sebagai kebebasan seseorang memberi makna pada
hidupnya.
Sumber
:
http://www.psychologymania.com/2010/05/erich-fromm-teori-psikologi-sosial.html
No comments:
Post a Comment