Sunday, May 15, 2016

Perbedaan Teori Humanistik Eksistensial dengan Person - Centered Theraphy (Rogers)

Person Centered Therapy (Rogers)

Psikoterapi ini menekankan bahwa prinsip terapi ini tidak hanya diterapkan dalam proses terapi, tetapi prinsip-prinsip terapi ini dapat diterapkan di berbagai setting seperti dalam masyarakat. Dengan meningkatkan keterlibatan hubungan personal dengan klien, terapis lebih aktif & terbuka, lebih memperhatikan pengaruh lingkungan.

Konsep Dasar

1. Menekankan pada dorongan dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu yang berkembang, untuk hidup sehat dan menyesuaikan diri.
2. Menekankan pada unsur atau aspek emosional dan tidak pada aspek intelektual.
3. Menekankan pada situasi yang langsung dihadapi individu, dan tidak pada masa lampau.
4. Menekankan pada hubungan terapeutik sebagai pengalaman dalam perkembangan individu yang bersangkutan.
Tujuan Person Centered Therapy

Diharapkan dapat membantu individu dalam menemukan konsep dirinya sesuai dengan medan fenomenalnya, individu tidak lagi menolak atau mendistorsi pengalaman – pengalaman sebagaimana adannya. Terbuka terhadap pengalamannya, adanya kepercayaan terhadap organismenya sendiri, kehidupan eksistensial yaitu sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan, perasaan bebas dan kreatif.

Fungsi & Peran Terapis


1. Terapis dan klien berada dalam hubungan psikologis.
2. Terapis adalah benar – benar dirinnya sejati dalam berhubungan dengan klien. 
3. Terapis merasa atau menunjukan unconditional positive regard untuk klien. 
4. Terapis menunjukkan rasa empati serta memahami tentang kerangka acuan klien dan memberitahukan pemahamannya kepada klien. 
5. Klien menyadari usaha terapis yang menunjukkan sikap empati berkomunikasi dan menunjukkan unconditioning positive regard kepada klien.

Proses Terapeutik

Terapis perlu mengusahakan agar klien bisa memahami hal – hal yang ada di balik topeng yang dikenakanya. Klien mengembangkan kepura – puraan dan bertopeng sebagai pertahanan diri terhadap ancaman. Sandiwara yang dimainkan oleh klien menghambatnya untuk tampil utuh dihadapan oranglain.

Pengalaman Klien dalam Terapi

1. Klien datang ke konselor dalam kondisi tidak kongruensi, mengalami kecemasan. Atau kondisi penyesuaian diri yang tidak baik.
2. Saat klien menjumpai konselor dengan penuh harapan dapat memperoleh bantuan, jawaban atas permasalahn yang sedang dialami dan menemukan jalan atas permasalahanya. Perasaan yang dialami klien adalah ketidakmampuan mengatasi kesulitan hidupnya.
3. Pada awal proses konseling , klien menunjukkan perilaku, sikap, dan perasaanya yang kaku. Dia menyatakan permasalahan yang dialami kepada konselor secara permukaan dan belum menyatakan pribadi yang dalam. Pada awal – awal ini klien akan cenderung mengeksternalisasikan perasaan dan masalahnya dan mungkin bersifat defensif.
4. Konselor menciptakan kondisi yang ondusif dengan sikap empati dan penghargaan, konselor terus membantu klien untuk mengeksplorasi dirinya secara lebih terbuka.

Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Person-Centered Therapy


Kelebihan pendekatan Person-Centered: 
1.    Pemusatan pada klien dan bukan pada terapis.
2.    Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
3.    Lebih menekankan pada sikap terapi dari pada teknik.
4.    Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
5.    Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi.
6.    Klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya.
7.    Klien merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi

Kekurangan Pendekatan Person Centered:

1.    Terapi berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana.
2.    Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan.
3.    Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit untuk menilai individu.
4.    Tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggungjawabnya.
5.    Sulit bagi terapis untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
6.    Terapi  menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup.
7.    Tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah.
8.    Minim teknik untuk membantu klien memecahkan masalahnya.

Karateristik
  • Penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard). Secara jujur dan tulus, terapis harus menyukai kliennya. Terapis tidak harus menyetujui setiap perilaku kliennya, namun ia harus mampu membedakan antara dosa dan pendosa (sins and sinner), perilaku salah dan orang salah.
  • Empati secara akurat (accurate empathy). Ini berarti kemampuan untuk mempersepsi secara akurat dunia internal klien dengan menggunakan cara non-evaluatif. Untuk menunjukkan empati secara akurat, terapis berusaha mengetahui bahwa ia bersungguh-sungguh mengerti apa yang dimaksud klien. Semakin terapis mampu merasakan secara akurat perasaan-perasaan dan makna-makna pribadi yang sedang dialami klien, kemudian mengkomunikasikan pemahaman yang penuh penerimaan ini, maka akan semakin besar kemungkinannya terjadi perubahan pada diri klien dalam proses terapi.
  • Kongruensi dalam hubungan interpersonal (congruence in interpersonal relationship). Kesediaan terapis untuk menjadi dirinya sendiri secara alamiah dan terbuka, dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi ini ditandai dengan hubungan yang tulus dan tidak mengada-ada (realistis).
  • Belajar dari klien (learn from the client). Terapis yang baik harus mampu berdiam diri dan menyimak (active listening). Terapi adalah komunikasi dua arah, sehingga terapis dapat belajar dan memperoleh manfaat tertentu dari hubungan dengan kliennya.


Terapi Humanistik Eksistensial

Konsep Dasar

     Humanistik Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu dalam terapi humanistik seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.

Hasil pemikiran dari psikologo humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi, salah satunya adalah dari Carl Rogers dengan Client-Centered Therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya.
Konsep dasar terapi eksistensial adalah mengubah konsep berpikir, dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi lebih bertanggung jawab dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri, menemukan jati dirinya, sehingga menemukan kesadaran diri sendiri yang dapat mengeliminasi perasaan tidak berarti (not being) sedangkan perasaan tidak berarti ini biasanya muncul dalam kondisimerasa tidak berdaya , rasa bersalah ,putus asa dsb.
Konsep teori eksistensialis bukan merupakan sistem terapi yang komprehensif , eksistensialis memandang proses terapi dari susdut pandang suatu paradigma untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang sedang bermasalah. Oleh karena itu, terapi eksistensialis memandang klien sebagai manusia bukan sekadar aspek pola perilaku beserta mekanismenya.
· 
Konsep masing-masing prinsip psikologi humanistik adalah sebagai berikut:
1.    Hasrat untuk belajar
2.    Belajar yang berarti
3.    Belajar tanpa ancaman
4.    Belajar atas inisiatif sendiri
5.    Belajar dan perubahan

Konsep Utama: 
  • Kesadaran diri; individu memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri
  • Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan. Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.
  • Penciptaan makna; individu berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.


    Proses terapi

    Tahapan terapi eksistensialis dilakukan dengan memperhatikan beberapa langkah :
  •     Kesadaran akan tanggung jawab pribadi. Terapi berupaya untuk mengembangkan kemampuan klien untuk menggali perasaan dan perilakunya sendiri. Jika klien mengatakan “ saya tidak menyadari “ terapis mengomentari “ lalu kesadaran itu milik siapa ? “ dan memberikan pandangan bahwasanya tanggung jawab merupakan bagian dari kebebasan . Berdasarkan tanggung jawab yang dimiliki individu memiliki kebebasan melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya.
  •     Mengenali keinginan klien. Klien perlu belajar bahwa keinginan memberikan makna dalam kehidupan. Keinginan merupakan bagian kehidupan yang harus diwujudkan, hubungan yang mesra , cinta kasih dapat terwujud karena adanya keinginan.
  •     Pengambilan keputusan. Terapis perlu membantu klien untuk belajar membuat keputusan. Strategi yang penting adalah membuat membuat individu belajar mengenai kesiapan individu dalam menerima segala kemungkinan.

Tujuan 

Terapi humanistik adalah membawa individu untuk mengenali dorongan alamiah (innate tendency) untuk meningkatkan dirinya agar mengarah pada pertumbuhan (growth), kematangan (maturity) dan pengayaan hidup(life enrichment) dan memiliki karakteristik sbb :
  • Sikap terapis lebih penting daripada latihan teknis atau keterampilan.  Dalam teori Roger, sikap terapis tersebut hendaknya ditandai dengan tiga ciri pokok: (1) kepekaan memahami pengalaman-pengalaman subjektif dan perasaan-perasaan klien secara akurat, (2) penghargaan positif tanpa syarat atau unconditional positive regards, dan (3) ketulusan (genuineness).
  • Terapis memfasilitasi tumbuhnya suasana yang memungkinkan individu untuk mengenali dorongan terdalam di dalam dirinya yang akan mengarahkan dirinya pada sasaran yang positif dan konstruktif. Kalau manusia dapat diajak untuk melihat sisi dirinya yang terdalam, ia akan mempunyai kesadaran sendiri untuk memperbaiki beberapa perilaku-perilaku yang maladaptif. Perilaku-perilaku maladaptif ini pada dasarnya hanya merupakan topeng atau penampilan semu belaka.
  • Terapis menekankan pemahaman manusia seutuhnya (the whole person). Manusia terndiri dari beberapa lapisan. Ada dua prinsip yang dipraktikkan, yaitu: (1) Adanya tanggung jawab sepenuhnya untuk diri pribadi. Terapis hanya menjadi fasilitator dan “cermin” bagi klien. (2) Pencapaian integrasi diri, yang erat kaitannya dengan konep the whole peron. Dalam hal ini, semua kekurangan dapat diperbaiki, semua ketertinggalan dapat dikejar, semua lubang kelemahan dapat ditutupi, dsb. Ini merupakan pandangan yang optimistik dari terapi humanistik yang hendak ditularkan kepada klien.
  • Terapis menekankan terjadinya perubahan dan perkembangan. Manusia bukan makhluk yang statis, yang menjadi budak kebutuhan-kebutuhan biologis atau terpenjara oleh pengalaman masa lalunya.
  • Menumbuhkan motivasi yang kuat pada diri individu dalam “proses menjadi” (being process). Dalam pendekatan psikologi yang lain, manusia baru berperilaku kalau ia merasakan suatu kekurangan (defisiensi) pada dirinya.


Tujuan Terapeutik

Membantu klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaannya dan potensi yang dimiliki serta sadar bahwa dia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.

Peran Terapis

Memahamkan keberadaan klien bahwa dia ada dalam dunia, penekanan terapis berfokus pada keadaan saai ini.


Sumber :


No comments:

Post a Comment