Sunday, May 15, 2016

Metode Terapis Humanistik Eksistensial

METODE TERAPIS HUMANISTIK EKSISTENSIAL

Istilah analisis eksistensial pertama kali dikemukakan oleh seorang filsuf Jerman bernama Martin Heidegger (1889-1976). Ia menulis bahwa metode analisis eksistensial sebagaimana yang di praktikkan dalam bukunya itu sangat pas untuk mengungkap eksistensi manusia sebagaimana manusia itu sendiri bereksistensi. Namun dalam perkembangannya yang lebih kemudian analisis eksistensial berkembang menjadi kajian empiris, seperti dipraktikkan dalam berbagai penelitian serta berbagai penelitian dan praktik psikiatris dan psikologis yang dilakukan oeh Ludwig Binswanger, Victor Frankl, Rollo May, Minskowski, dan lain-lain (May,dkk, 1961; Valle & King, 1978). Melalui mereka, analisis eksistensial bukan lagi kajian filsafat, melainkan menjadi penyelidiKan empiris dan metode terapeutis untuk menangani individu-individu yang bermasalah. Analisis eksistensial itu sendiri adalah suatu metode atau pendekatan yang digunakan untuk mengungkap eksistensi individu secara utuh dan menyeluruh. Pengertian lain oleh Dr.Zainal Abidin, M.Si; analisis eksistensial; 2007. Analisis eksistensial merupakan sebuah pendekatan yang menganalisis dan mengungkap eksistensialisme (apakah itu dalam seni, kesusastraan, filsafat, atau psikologi) dengan cara menghapus dilema lama antara materialisme dan idealisme. Awal kemunculan analisis eksistensial bisa dikatakan sebagai reaksi ketidakpuasan beberapa psikiater dan psikolog terhadap beberapa teori dan praktik psikoanalisis di Eropa Barat dan behaviorism di Amerika Serikat. Mereka tidak puas dengan landasan filsafat vitalisme dan materialisme. Vitalisme menempatkan manusia sebagai bagian dari organisme yang bergerak (berprilaku) karena adanya dorongan biologis (naluri atau id). Materialisme menempatkan manusia dari materi/nature yang berperilaku karena ada stimulus dari luar. Analisis eksistensial berasumsi bahwa manusia, yang menjadi subjek kajian analisis eksistensial, merupakan makhluk yang tidak bisa disubordinasikan atau direduksikan pada angka-angka (statistik) dan pengukuran fisik-mekanistik (biologi) saja, karena dalam dirinya terkandung makna atau nilai personal yang tidak bisa dikuantifikasi dan tidak bisa dijelaskan secara biologi saja. Analisis eksistensial mengacu pada dua disiplin yang berbeda, tetapi satu sama lain saling berhubungan, yakni pada (1) penerapan metode fenomenologi untuk menjelaskan eksistensi manusia dan (2) aplikasi fenomenologis dan temuan-temuan eksistensialisme dalam terapi-terapi psikologis dan psikiatris. Temuan-temuan eksistensialisme mengenai eksistensi dan pengalaman manusia menjadi acuan yang sangat berharga terutama untuk terapi psikologis dan psikiatri, di samping untuk penelitian-penelitian eksistensial, banyak temuan para eksistensialis yang dijadikan sebagai landasan untuk terapi dan penelitian eksistensial. Yang menjadi tujuan penelitian analisis eksistensial pada dasarnya adalah rekonstruksi eksistensi dan pengalaman manusia; oleh sebab itu, peneliti analisis eksistensial harus mengungkap aspek-aspek pengalaman yang sangat esensial pada diri subjek (pasien). Berdasarkan uraian singkat mengenai analisis eksistensial diatas, dapat kita ketahui bahwa keberadaan analisis eksistensial itu sendiri sangat penting dan atau memberikan kontribusi yang cukup besar dalam membantu para psikiater dan psikolog khususnya dalam memahami gelaja pada pasien yang mana gejala itu sendiri tentunya dapat diketahui dengan melihat hal-hal terkait dengan pengalaman real dari pasien itu sendiri.

Sumbangan terpenting terapi eksistensial pada psikologi terutama terletak pada pemahamannya tentang manusia sebagai ada. Dimana manusia dan permasalahannya dapat dianalisis melalui konsep ada dan ketiadaan yang mana merupakan konsep yang menjelaskan keberadaan manusia itu sendiri dalam dunia serta kesadaran akan kematian, namun hal ini diawali dengan adanya perjumpaan antar manusia itu dengan dunianya. Sorotan kedua adalah pengalaman mengenai kecemasan dan rasa bersalah dimana kecemasan bukanlah sesuau yang kita punyai melainkan sesuatu yang membuat kita ada (Kurt Goldstain). Kontribusi analisis eksistensial dalam psikoterapi juga menganalisis mengenai hubungan manusia dengan manusia lain(Mitwelt), penyesuaian diri(Umwelt), kesadaran-diri, perhubungan diri, secara khas hadir dalam diri manusia (Eigenwelt). Manusia hidup dalam Mitwelt, Umwelt, dan Eigenwelt secara simultan. Yang mana ketiganya merupakan cara manusia hidup dalam dunia. Para eksistensial tidak menolak keberadaan masalalu, melainkan melihatnya dalam perspektif masa depan . dimana Umwelt meupakan bagian dari masalalu. Terapis eksistensial yang digunakan dalam praktik psikologi dapat membantu pasien dalam menampung akibat nyata dari pengalaman tersebut dengan menolongnya mengembangkan kapasitas untuk keheningan dan menghindarkan obrolan tidak berguna untuk menghilangkan kekuatan yang mengejutkan dari pertemuan dengan insight. Inti dari kontribusi analisis eksistensial dalam praktik psikologi itu sendiri dapat disimpulkan bahwa, Analisis eksistensial diperlukan oleh psikiater maupun psikolog untuk menganalisis pasien-pasien secara jernih yang mana gejala manusia dan pengalaman-pengalamannya tidak bisa digeneralisasikan begitu saja oleh karena itu perlu adanya pengungkapan yang lebih spesifik, dan analisis eksistensiallah yang dianggap mampu melakukan tugas itu.

Frankl (1959, hlm.174) menjabarkan peran terapis sebagai “spesialis mata daripada sebagai pelukis”, yang bertugas “memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien sehingga spektrum kepribadian keseluruhan dari makna dan nilai-nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh pasien”.

          Untuk contoh mengenai bagaimana seorang terapis yang berorientasi eksistensial bekerja dalam pertemuan terapi, bisa ditunjuk klien yang telah diungkapkan di muka. Jika klien mengungkapkan perasaan-perasaannya kepada terapis pada pertemuan terapi, maka terapi akan bertindak sebagai berikut:
  1. memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam kaitan dengan apa yang dikatakan oleh klien.
  2. Terlibat dalam sejumlah pertanyaan pribadi yang relevan dan pantas tentang pengalaman-pengalaman yang mirip denga yang dialami oleh klien.
  3. Meninta kepada klien untuk mengungkapkan ketakutannya terhadap keharusan memilih dalam dunia yang tak pasti.
  4. Menantang klien untuk melihat seluruh ccara dia menghidari perbuatan putusan-putusan dan memberikan penilaian terhaap pengindraan itu.
  5. Mendorong klien untuk memrikasa jalan hidupnya periode sejak memulai terapi dengan bertanya: “jika anda bisa secara ajaib kembali kepada cara anda ingat kepada diri anda sebelum terapi, maukah anda melakukannya sekarang?”
  6. beri tahukan kepada klien bahwa ia sedang mempelajari apa yang dialaminya sesungguhnya adalah suatu sifat yang khas sebagai manusia: bahwa dia pada akhirnya sendirian, bahwa di harus memutuskan untuk dirinya sendiri, bahwa di akan mengalami kecemasan atas ketidakpastian putusan-putusan yang dibuat, dan bahwa di akan berjuang untuk menetapkan makna kehidupannya di dunia yang sering tampak tak bermakna.
Terapi eksistensial terutama berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam terapeutiknya, pendekatan eksistensial humanistik memusatkan perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang melandasi terapi.Pendekatan eksistensial humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang-orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
A. Konsep-konsep utama
1. Pandangan tentang sifat manusia
Psikologi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia.Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada suatu pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.Ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial, yaitu ;
a.  Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
b.  Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
c. Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.

           B. Proses-proses terapeutik
1.  Tujuan-tujuan terapeutik
a. Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi dasar ataskeberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.
b. Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c. Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakanmemilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korbankekuatan-kekuatan deterministik diluar dirinya.
2.  Fungsi dan peran terapis
Tugas utama terapis adalah berusaha memiliki klien sebagai ada dalam dunia.Tehnik yang
digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman.Menurut Buhler dan Allen, para ahli
psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
a. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis
c. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
d. Berorientasi pada pertumbuhan
e. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi
f. Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien.
g. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya

Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam-dunia. Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien sekarang, para pemahaman. Karena menekankan keleluasaan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.
               
               Meskipun terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, di kalangan terapis eksistensial dan humanistik ada kesempatan menyangkut tugas-tugas dan tanggung jawab terapis, Buhler dan Allen (1972) sepakat bahwa psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih sistem teknik.

Sumber :

-           

No comments:

Post a Comment