METODE
TERAPIS HUMANISTIK EKSISTENSIAL
Istilah
analisis eksistensial pertama kali dikemukakan oleh seorang filsuf Jerman
bernama Martin Heidegger (1889-1976). Ia menulis bahwa metode analisis
eksistensial sebagaimana yang di praktikkan dalam bukunya itu sangat pas untuk
mengungkap eksistensi manusia sebagaimana manusia itu sendiri bereksistensi.
Namun dalam perkembangannya yang lebih kemudian analisis eksistensial
berkembang menjadi kajian empiris, seperti dipraktikkan dalam berbagai
penelitian serta berbagai penelitian dan praktik psikiatris dan psikologis yang
dilakukan oeh Ludwig Binswanger, Victor Frankl, Rollo May, Minskowski, dan
lain-lain (May,dkk, 1961; Valle & King, 1978). Melalui mereka, analisis
eksistensial bukan lagi kajian filsafat, melainkan menjadi penyelidiKan empiris
dan metode terapeutis untuk menangani individu-individu yang bermasalah.
Analisis eksistensial itu sendiri adalah suatu metode atau pendekatan yang
digunakan untuk mengungkap eksistensi individu secara utuh dan menyeluruh.
Pengertian lain oleh Dr.Zainal Abidin, M.Si; analisis eksistensial; 2007.
Analisis eksistensial merupakan sebuah pendekatan yang menganalisis dan mengungkap
eksistensialisme (apakah itu dalam seni, kesusastraan, filsafat, atau
psikologi) dengan cara menghapus dilema lama antara materialisme dan idealisme.
Awal kemunculan analisis eksistensial bisa dikatakan sebagai reaksi
ketidakpuasan beberapa psikiater dan psikolog terhadap beberapa teori dan
praktik psikoanalisis di Eropa Barat dan behaviorism di Amerika Serikat. Mereka
tidak puas dengan landasan filsafat vitalisme dan materialisme. Vitalisme
menempatkan manusia sebagai bagian dari organisme yang bergerak (berprilaku)
karena adanya dorongan biologis (naluri atau id). Materialisme menempatkan
manusia dari materi/nature yang berperilaku karena ada stimulus dari luar.
Analisis eksistensial berasumsi bahwa manusia, yang menjadi subjek kajian
analisis eksistensial, merupakan makhluk yang tidak bisa disubordinasikan atau
direduksikan pada angka-angka (statistik) dan pengukuran fisik-mekanistik
(biologi) saja, karena dalam dirinya terkandung makna atau nilai personal yang
tidak bisa dikuantifikasi dan tidak bisa dijelaskan secara biologi saja.
Analisis eksistensial mengacu pada dua disiplin yang berbeda, tetapi satu sama
lain saling berhubungan, yakni pada (1) penerapan metode fenomenologi untuk
menjelaskan eksistensi manusia dan (2) aplikasi fenomenologis dan temuan-temuan
eksistensialisme dalam terapi-terapi psikologis dan psikiatris. Temuan-temuan
eksistensialisme mengenai eksistensi dan pengalaman manusia menjadi acuan yang
sangat berharga terutama untuk terapi psikologis dan psikiatri, di samping
untuk penelitian-penelitian eksistensial, banyak temuan para eksistensialis
yang dijadikan sebagai landasan untuk terapi dan penelitian eksistensial. Yang
menjadi tujuan penelitian analisis eksistensial pada dasarnya adalah
rekonstruksi eksistensi dan pengalaman manusia; oleh sebab itu, peneliti
analisis eksistensial harus mengungkap aspek-aspek pengalaman yang sangat
esensial pada diri subjek (pasien). Berdasarkan uraian singkat mengenai
analisis eksistensial diatas, dapat kita ketahui bahwa keberadaan analisis
eksistensial itu sendiri sangat penting dan atau memberikan kontribusi yang
cukup besar dalam membantu para psikiater dan psikolog khususnya dalam memahami
gelaja pada pasien yang mana gejala itu sendiri tentunya dapat diketahui dengan
melihat hal-hal terkait dengan pengalaman real dari pasien itu sendiri.
Sumbangan
terpenting terapi eksistensial pada psikologi terutama terletak pada
pemahamannya tentang manusia sebagai ada. Dimana manusia dan permasalahannya
dapat dianalisis melalui konsep ada dan ketiadaan yang mana merupakan konsep
yang menjelaskan keberadaan manusia itu sendiri dalam dunia serta kesadaran
akan kematian, namun hal ini diawali dengan adanya perjumpaan antar manusia itu
dengan dunianya. Sorotan kedua adalah pengalaman mengenai kecemasan dan rasa
bersalah dimana kecemasan bukanlah sesuau yang kita punyai melainkan sesuatu
yang membuat kita ada (Kurt Goldstain). Kontribusi analisis eksistensial dalam
psikoterapi juga menganalisis mengenai hubungan manusia dengan manusia
lain(Mitwelt), penyesuaian diri(Umwelt), kesadaran-diri, perhubungan diri,
secara khas hadir dalam diri manusia (Eigenwelt). Manusia hidup dalam Mitwelt,
Umwelt, dan Eigenwelt secara simultan. Yang mana ketiganya merupakan cara
manusia hidup dalam dunia. Para eksistensial tidak menolak keberadaan masalalu,
melainkan melihatnya dalam perspektif masa depan . dimana Umwelt meupakan
bagian dari masalalu. Terapis eksistensial yang digunakan dalam praktik
psikologi dapat membantu pasien dalam menampung akibat nyata dari pengalaman
tersebut dengan menolongnya mengembangkan kapasitas untuk keheningan dan
menghindarkan obrolan tidak berguna untuk menghilangkan kekuatan yang
mengejutkan dari pertemuan dengan insight. Inti dari kontribusi analisis
eksistensial dalam praktik psikologi itu sendiri dapat disimpulkan bahwa,
Analisis eksistensial diperlukan oleh psikiater maupun psikolog untuk
menganalisis pasien-pasien secara jernih yang mana gejala manusia dan
pengalaman-pengalamannya tidak bisa digeneralisasikan begitu saja oleh karena
itu perlu adanya pengungkapan yang lebih spesifik, dan analisis eksistensiallah
yang dianggap mampu melakukan tugas itu.
Frankl
(1959, hlm.174) menjabarkan peran terapis sebagai “spesialis mata daripada
sebagai pelukis”, yang bertugas “memperluas dan memperlebar lapangan visual
pasien sehingga spektrum kepribadian keseluruhan dari makna dan nilai-nilai
menjadi disadari dan dapat diamati oleh pasien”.
Untuk contoh mengenai bagaimana seorang terapis yang berorientasi eksistensial bekerja dalam pertemuan terapi, bisa ditunjuk klien yang telah diungkapkan di muka. Jika klien mengungkapkan perasaan-perasaannya kepada terapis pada pertemuan terapi, maka terapi akan bertindak sebagai berikut:
- memberikan reaksi-reaksi pribadi
dalam kaitan dengan apa yang dikatakan oleh klien.
- Terlibat dalam sejumlah pertanyaan
pribadi yang relevan dan pantas tentang pengalaman-pengalaman yang mirip
denga yang dialami oleh klien.
- Meninta kepada klien untuk
mengungkapkan ketakutannya terhadap keharusan memilih dalam dunia yang tak
pasti.
- Menantang klien untuk melihat
seluruh ccara dia menghidari perbuatan putusan-putusan dan memberikan
penilaian terhaap pengindraan itu.
- Mendorong klien untuk memrikasa
jalan hidupnya periode sejak memulai terapi dengan bertanya: “jika anda
bisa secara ajaib kembali kepada cara anda ingat kepada diri anda sebelum
terapi, maukah anda melakukannya sekarang?”
- beri tahukan kepada klien bahwa ia
sedang mempelajari apa yang dialaminya sesungguhnya adalah suatu sifat
yang khas sebagai manusia: bahwa dia pada akhirnya sendirian, bahwa di
harus memutuskan untuk dirinya sendiri, bahwa di akan mengalami kecemasan
atas ketidakpastian putusan-putusan yang dibuat, dan bahwa di akan
berjuang untuk menetapkan makna kehidupannya di dunia yang sering tampak
tak bermakna.
Terapi eksistensial
terutama berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan
dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam
terapeutiknya, pendekatan eksistensial humanistik memusatkan perhatian pada
asumsi-asumsi filosofis yang melandasi terapi.Pendekatan eksistensial
humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang-orang dalam hubungan
dengan sesamanya yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan
konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu
dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan
manusia.
A. Konsep-konsep utama
1. Pandangan tentang sifat manusia
Psikologi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi
manusia.Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada suatu
pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan
untuk mempengaruhi klien.Ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial,
yaitu ;
a. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu
kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan
memutuskan.
b. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan
kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
c. Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan
tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi
kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam
suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.
B. Proses-proses terapeutik
1. Tujuan-tujuan terapeutik
a. Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan
menjadi dasar ataskeberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat
membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.
b. Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan
kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah
hidupnya.
c. Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan
dengan tindakanmemilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari
sekedar korbankekuatan-kekuatan deterministik diluar dirinya.
2. Fungsi dan peran terapis
Tugas utama terapis adalah berusaha memiliki klien sebagai ada
dalam dunia.Tehnik yang
digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman.Menurut Buhler
dan Allen, para ahli
psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup
hal-hal berikut :
a. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis
c. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
d. Berorientasi pada pertumbuhan
e. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai
suatu pribadi
f. Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak ditangan
klien.
g. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis
dengan gaya
Tugas
utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam-dunia. Teknik
yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada
pengalaman klien sekarang, para pemahaman. Karena menekankan keleluasaan dalam
menggunakan metode-metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa
bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi
juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.
Meskipun terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, di kalangan terapis eksistensial dan humanistik ada kesempatan menyangkut tugas-tugas dan tanggung jawab terapis, Buhler dan Allen (1972) sepakat bahwa psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih sistem teknik.
Sumber
:
-
No comments:
Post a Comment